freedom of what?
baru satu entry tentang cinta2an dan gwe udah bosen lagi sama topik itu >_< apakah gwe memang tidak ditakdirkan untuk menjadi seorang love master? hohoho... mungkin saja, karena buat gwe masih banyak orang yang lebih ahli dalam memberikan pandangan2 tentang masalah percintaan. hehehe... apalagi kayanya kemaren gwe habis memeras terlalu banyak tenaga untuk membahas masalah itu...
yea..
gwe mau membahas... apa yang menjadi kegemaran gwe... hehehe.. yaitu...
pembunuhan *dilempar sendal*
ugh ugh... maaf2...
ini gara2 dosen gwe tadi di kampus yang entah kenapa gwe selalu punya pendapat yang berseberangan dengan dia. bete deh! bukan karena gwe ga suka dengan perbedaan pendapat, tapi memiliki perbedaan pendapat dengan seorang dosen, apalagi selalu berada dalam posisi kontra dengan dosen bukanlah perbuatan pintar di kampus...
salah seorang temen gwe pernah bilang bahwa saat kuliah adalah masa2 terakhir seseorang bisa menuntaskan idealismenya. karena saat seroang mahasiswa itu lulus dan dia terjun ke dalam dunia nyata, maka tidak akan ada lagi idealisme, yang ada hanyalah realisme. dan sayang sekali gwe ga setuju juga dengan pendapat temen gwe itu.
buat gue dunia nyata justru dimulai dari kehidupan kampus.
kampus adalah gambaran miniatur dari apa yang akan gwe temui di kehidupan nyata nantinya... hm... untuk lebih spesifiknya, KAMPUS GUE adalah miniatur kehidupan nyata yang akan gwe hadapi nantinya... dari sekarang gwe harus mulai pinter2 mengatur strategi 'perang'. (oh how i love sun tzu; dan di blog yang hilang itu *masih dalam masa berkabung* gwe banyak banget ngebahas masalah beginian)
bukan seperti masa SMA di mana semua orang bersatu padu melawan jaman, (halah bahasa gue), di mana ada istilah 'makan ga makan asal kumpul', di mana ada istilah 'my friend's enemy is my enemy too'. saking naive nya, sampai masa2 sma itu diabadikan dengan jelas dalam sebuah film remaja jaman gwe masih SMA (oh high school... T_T) berjudul Ada Apa dengan Tince... *ditabok mira lesmana*
saat gwe kuliah, gwe tekankan lagi DI KAMPUS INI, gwe merasa banyak banget yang berubah. gwe menjadi lebih individualis, lebih ansos, dan lebih tahu celah mana yang bisa dipakai untuk apa.
beda dengan anak SMA yang lugu, kalau ga suka sama gurunya, gebukin aja, tau2 besok dia udah ada di kantor BP bersama mami dan papi buat menerima surat skorsing... gwe melihat bahwa menyesuaikan diri dengan dosen jauh lebih bermanfaat. bagi beberapa orang, malah bisa melakukan lebih baik lagi... kalo istilah si unye, jilat bersih sampe ke lubang2nya.. *oops*
why?
karena itulah yang akan lu lakukan saat lu lepas ke dunia nyata.
waktu kecil gwe ga ngerti kenapa nyokap gwe baik banget sama orang nyebelin yang suka mintain duit ke rumah. saat gwe gede gwe baru sadar bahwa bukannya nyokap gwe baik, tapi nyokap gwe menyesuaikan diri dengan tukang tagih utang itu... that's how you survive...
hari ini topik mata kuliah kewarganegaraan (yeah... menyedihkan... gwe masih ambil mata kuliah itu) adalah Hak Azasi Manusia. Dengan lugunya semua orang pada ngomongin soal hak, soal kebebasan, soal freedom of blah blah...
banyak banget deh...
you know what.. i don't really believe on that shits anymore...
bukan berarti gwe udah ga lagi percaya dengan kebebasan, hanya saja kebebasan yang mereka bahas sepanjang siang ini udah basi banget. gimana mungkin sekarang orang ngomongin kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, hak untuk hidup lah... bla bla... saat ini, orang yang boleh ngomongin kebebasan hanyalah orang yang punya kekuasaan. (dan siapa pun yang bilang bahwa MEDIA adalah salah satu bentuk POWER adalah orang yang sangat jenius)
gwe ga mau terlalu jauh masuk ke dalam wilayah politik, karena itu melewati daya pikir gwe... ga ada yang aga mungkin dalam politik, itu sebabnya politik itu sucks...
HAM dibatasi oleh hukum, dan.. siapa itu orang yang membuat hukum? yeah... mereka yang punya kekuasaan lah... siapa lagi? jadi siapa yang punya HAM? ya itu... yang punya kekuasaan... mungkin gwe memang skeptis... tapi memang apa salahnya menjadi skeptis?
argh... gwe sebenernya ga mau ngomongin ini... tapi kok ngelantur penuh amarah gitu... sudahlah.. yang mau gwe bahas sebenernya nanti2 aja... >_<
yea..
gwe mau membahas... apa yang menjadi kegemaran gwe... hehehe.. yaitu...
pembunuhan *dilempar sendal*
ugh ugh... maaf2...
ini gara2 dosen gwe tadi di kampus yang entah kenapa gwe selalu punya pendapat yang berseberangan dengan dia. bete deh! bukan karena gwe ga suka dengan perbedaan pendapat, tapi memiliki perbedaan pendapat dengan seorang dosen, apalagi selalu berada dalam posisi kontra dengan dosen bukanlah perbuatan pintar di kampus...
salah seorang temen gwe pernah bilang bahwa saat kuliah adalah masa2 terakhir seseorang bisa menuntaskan idealismenya. karena saat seroang mahasiswa itu lulus dan dia terjun ke dalam dunia nyata, maka tidak akan ada lagi idealisme, yang ada hanyalah realisme. dan sayang sekali gwe ga setuju juga dengan pendapat temen gwe itu.
buat gue dunia nyata justru dimulai dari kehidupan kampus.
kampus adalah gambaran miniatur dari apa yang akan gwe temui di kehidupan nyata nantinya... hm... untuk lebih spesifiknya, KAMPUS GUE adalah miniatur kehidupan nyata yang akan gwe hadapi nantinya... dari sekarang gwe harus mulai pinter2 mengatur strategi 'perang'. (oh how i love sun tzu; dan di blog yang hilang itu *masih dalam masa berkabung* gwe banyak banget ngebahas masalah beginian)
bukan seperti masa SMA di mana semua orang bersatu padu melawan jaman, (halah bahasa gue), di mana ada istilah 'makan ga makan asal kumpul', di mana ada istilah 'my friend's enemy is my enemy too'. saking naive nya, sampai masa2 sma itu diabadikan dengan jelas dalam sebuah film remaja jaman gwe masih SMA (oh high school... T_T) berjudul Ada Apa dengan Tince... *ditabok mira lesmana*
saat gwe kuliah, gwe tekankan lagi DI KAMPUS INI, gwe merasa banyak banget yang berubah. gwe menjadi lebih individualis, lebih ansos, dan lebih tahu celah mana yang bisa dipakai untuk apa.
beda dengan anak SMA yang lugu, kalau ga suka sama gurunya, gebukin aja, tau2 besok dia udah ada di kantor BP bersama mami dan papi buat menerima surat skorsing... gwe melihat bahwa menyesuaikan diri dengan dosen jauh lebih bermanfaat. bagi beberapa orang, malah bisa melakukan lebih baik lagi... kalo istilah si unye, jilat bersih sampe ke lubang2nya.. *oops*
why?
karena itulah yang akan lu lakukan saat lu lepas ke dunia nyata.
waktu kecil gwe ga ngerti kenapa nyokap gwe baik banget sama orang nyebelin yang suka mintain duit ke rumah. saat gwe gede gwe baru sadar bahwa bukannya nyokap gwe baik, tapi nyokap gwe menyesuaikan diri dengan tukang tagih utang itu... that's how you survive...
hari ini topik mata kuliah kewarganegaraan (yeah... menyedihkan... gwe masih ambil mata kuliah itu) adalah Hak Azasi Manusia. Dengan lugunya semua orang pada ngomongin soal hak, soal kebebasan, soal freedom of blah blah...
banyak banget deh...
you know what.. i don't really believe on that shits anymore...
bukan berarti gwe udah ga lagi percaya dengan kebebasan, hanya saja kebebasan yang mereka bahas sepanjang siang ini udah basi banget. gimana mungkin sekarang orang ngomongin kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, hak untuk hidup lah... bla bla... saat ini, orang yang boleh ngomongin kebebasan hanyalah orang yang punya kekuasaan. (dan siapa pun yang bilang bahwa MEDIA adalah salah satu bentuk POWER adalah orang yang sangat jenius)
gwe ga mau terlalu jauh masuk ke dalam wilayah politik, karena itu melewati daya pikir gwe... ga ada yang aga mungkin dalam politik, itu sebabnya politik itu sucks...
HAM dibatasi oleh hukum, dan.. siapa itu orang yang membuat hukum? yeah... mereka yang punya kekuasaan lah... siapa lagi? jadi siapa yang punya HAM? ya itu... yang punya kekuasaan... mungkin gwe memang skeptis... tapi memang apa salahnya menjadi skeptis?
argh... gwe sebenernya ga mau ngomongin ini... tapi kok ngelantur penuh amarah gitu... sudahlah.. yang mau gwe bahas sebenernya nanti2 aja... >_<

2 Komentar:
episode cinta2 annya uda tamat ya? :p
>_< iya...
huhuhu
abis gwe ga ahli sih ngomongin pecintaan >_<
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda